Wednesday, October 19, 2005

Rahasia kita berdua - 4

Cukup lama rasanya aku baru bisa menerima bahwa Sugiarta sang idola tercinta itu memang sudah koit. Dan cukup lama pula sejak Sugi sang hantu pujaan itu menampakkan dirinya di hadapanku.

Dan masalah besarnya adalah dia stuck di bumi. Dia kepingin ke surga dan dapet kenalan perawan banyak dan dia stuck di bumi.... dengan orang yang tahu keberadaannya cuma aku Riya fans beratnya.

Aku berusaha memberitahu teman baikku Nika bahwa aku bisa melihat Sugi. Entah mengapa Nika malah memandangku dengan tatapan kasihan dan matanya berkaca2. Dan malam itu Nika pergi ke rumahku untuk mengadu dengan mama papaku yang juga sedih mengira aku gila. Entah mengapa tiga orang itu dari prihatin jadi seru cerita-cerita membandingkan psikiater ini itu.

Pernah dulu coba ke dukun minta tolong pulangin Sugi. Tetapi dukun tidak bisa melihat ataupun merasakan si hantu Sugi. Walau bagaimanapun aku berusaha menjelaskan, akhir2nya si dukun malah pikir aku yang kesurupan. Buru-burulah aku pulang sebelum si dukun mengeluarkan kerisnya itu entah untuk apa.

Kalau saja aku bisa menikmati keberadaan Sugi sang pujaan hati dengan dating beribu kali, ke taman ria bersama, minum dari gelas yang sama dengan dua sedotan, cium2an, peluk2an dan ber*sensor* ria...

Kenyataannya? Susah rasanya untuk mentolerir Sugi si hantu kalau selama dia terus nyap2 dan nakut2in aku. Kaget2in pake keluar dari TV ala Ringo. Bergantung2 di lorong sekolah macam The 6th Sense. Atau tiba2 mukanya dilebar2in mirip topengnya Scream. Ah My Gawwdd..

Aku tahu bahwa Sugi dengan teganya melakukan hal2 itu gara2 ia tidak suka kenyataan cuma Riya yang bisa melihatnya.

Mengapa bukan ibunya?

Pernah kita berdua coba berkunjung ke rumah Sugi untuk kontak orang tuanya, tapi ibu Sugi malah panggil polisi karena dia kira aku gila. Konon jadinya aku dikejar2 sampai ke jalan Sudirman sama polisi dan pegawai rumah sakit gila.

Mengapa bukan Tea bahenol yang baru saja dia pacari dan belum sempat dinikmati madunya?

Pernah juga dia desek2 aku supaya ngomong sama Tea.. tapi rupanya Tea sudah tidak menunjukan bahwa dia rindu Sugi. Tea sedang asik2nya di-PDKT-in sama Andi Hunk yang dari jaman jebot mengincarnya. Walhasil Sugi jadi sebel setengah mati dan keinginannya itu mati. Aku? Bah aku mau simpan Sugi untuk diriku saja lah.

Tapi karena Riya ini memang orang yang baik hati, pernah aku coba beritahu Tea. Hasilnya? Aku ditampar mutlak oleh Tea, disiram teh basi sama gadis2 centil gangnya dan pulang sekolah jatuh terjungkal disengkat sama Andi Hunk. Sial.

Dan entah mengapa sejak saat itu serangan2 gencar Sugi menakuti2 Riya jadi meningkat sampai aku pingsan ketika ia meniru gaya kayangnya Exorcist di tangga rumah. Rupanya Sugi semakin kesal dan bosan. Waktu aku digotong sama mbak ke kamarku Sugi nyengir.. dengan mata yang dingin.

Ketika aku sadar dari pingsanku seperti biasa dia minta maaf. Dan aku selalu memaafkan dengan mata bodoh berbinar. Setelah beberapa hari aku dan Sugi jadi sering berbincang-bincang tentang masa lalu. Tentang keluarganya. Tentang adiknya. Tentang Tea. Tentang aku.

Pernah dia ingat gotong aku ke SKU waktu aku pingsan upacara bendera. Lalu pernah juga dia ingat waktu kita berdua sebangku aku sering cekikikan baca komik di kelas waktu pelajaran. Atau dia cerita bagaimana siasatnya waktu coba nyontek dari mejaku.

Waktu dia tanya alasanku bisa merindukannya sampai dia kaga bisa pulang aku jawab, “Wah aku gak tau sih.. mungkin karena aku fans beratmu” dengan mata bloon berbinar. Biasanya dia berdecak kesal dan pergi ngeluyur.

Tapi malam ini dia marah. Dia berdiri dengan mata benci yang aku belum pernah lihat sebelumnya. “JANGAN BEGITU TERUS DOONG!” ujarnya “KAMU GAK KASIHAN SAMA AKU? AKU SUDAH MATI TAU!!! AKU HARUSNYA GAK DI SINI!!”

Aku terkesiap.

“HARUSNYA DIAPAIN SIH? UDAH AKU COBA BIKIN KAMU BENCI SAMA AKU KENAPA AKU MASIH ADA DI SINIII???” lanjutnya.

Sedih bercampur takut aku mulai terisak perlahan.

“JANGAN NANGIS TAHU!! HARUSNYA AKU YANG NANGIS!!” bentaknya.

Dan isakku bertambah besar.

“Hoi” katanya mendengar tangisku.

Dan isakku berubah jadi tangis meraung.

“HOOOI!!!!!”

Dia mengangkat tangannya berancang2 hendak memukulku. Reflek aku berusaha menghindar. Isak tangisku tertahan walau bahuku masih bergerak turun naik. Aku menatapnya dengan mata penuh air mata.

Tertegun kami berdiam diri kira2 beberapa menit lamanya. Diiringi isak tangisku Sugi terduduk dan menghela napas panjang. Kemudian dia pergi ngeluyur keluar lagi seperti biasanya.

Lah kemana si Sugi itu pergi? Bah. Ternyata seperti biasanya dia nongkrong di kamar mandi Tea.... dengan 3-4 hantu genit lainnya. 5 menit lagi Tea akan mandi sebelum tidur. Di sana dia merenungkan nasibnya yang kurang jelas.

Dan aku, masih terisak perlahan, mensusutkan hidung di kamar mandiku sambil membersihkan perut sekalian.