Tuesday, April 26, 2005

Rahasia Kita Berdua, part 3

Yup. Kala aku tertidur manis sehabis menangisi kepergian Sugiarta, idolaku di sekolah SMU Baik Budi kelas 3 IPA 1, tiba2 kudengar ada suara “hoi”.

Ketika kutengok, ternyata di sampingku ada sosok familiar, yang tak lain adalah Sugi sendiri dengan baju SMAnya. Ganteng dan perkasa macam yang dulu aku pernah kenal.

Wahai! Sungguh Tuhan itu maha baik dan maha sempurna. Mungkin semua ini cuma mimpi buruk belaka, mungkin Sugi tidak pernah meninggal sebelumnya. Dengan slow motion aku berteriak “Sugi!!!!” dan bergerak memeluk sosok itu.

Dan dengan slow motion juga ternyata aku menabrak tembok dan terpental 1 kali. Sambil kleyeng2 rada pusing, aku menyadari bahwa.. mungkin aku masih ngantuk jadi salah arah. Langsung kuberbalik arah dan melihat Sugi sedang berdiri dekat pintu kamarku. Lalu tanpa aba-aba kucoba kembali memeluk Sugi, yang berakhir denganku menabrak pintu kamar dengan cantiknya. Dan bangunlah aku bersiap2 kembali, sampai Sugi berteriak mencegah.

“Eh bentar dulu! Bentar dulu! Hoi!.. Kalem! Kalem!”

Aku mengurungkan niatku selanjutnya. Dan suasana menjadi kalem seperti yang diharapkan oleh Sugi.

“Sebentar yaa.. satu-satu dulu... “ Ujar Sugi pelan-pelan.
“pertama-tama, kamu itu..
“siapa?”

Gelegar halilintar tiba2 berbunyi diluar, dan seruan badai mulai menyapa beriringan dengan rasa sedihku. Sugi jadi kaget melihat perubahan cuaca diluar. Dan ketika ia melihat mataku yang mulai berkaca-kaca, ia buru2 meneruskan pertanyaannya.

“Aku tahu kamu itu teman sekelasku... “, sambungnya membuat hujan diluar berhenti sejenak, “namamu... Susi?”

Aku menggeleng sambil mengusap mataku.

“Susan?”

Aku memandang Sugi dengan penuh harap.

“Sedikit lagi!”, ujarku, “Ada Su-nya!”

“Supriyana?”, tebak Sugi. Aku menggeleng.
“Sugeng?
“Supriyadi?
“Su..Su.. Suuu...

“Umm.. “, garuk2 Sugi bingung, “Aku nyerah deh”
“Riya.. namaku Riya! Riyanti Suprajaya!”

Diamlah Sugi sesaat. “Riya? Ada Su-nya dimana?...” Sugi mengernyitkan dahi.

“.. itu kan nama belakangku Suprajaya...” jawabku.

Diamlah Sugi mengernyitkan dahinya tanda bingung. Lalu ekspresinya berubah seakan2 dia sedang mengingat-ingat sesuatu. Tiba-tiba mulutnya membentuk huruf 0.

“OOOOOOoooo.... Riya!!! Rasanya, dulu kita pernah duduk sebangku ya? Cawu satu kalo gak salah?”

Aku antusias ngangguk2. “Ooo.. ok ok.. Riya...Riya.... iya” Sugi mengulang-ulang namaku dan hal itu terdengar begitu merdu di telingaku.

“Hahhahaha.. iya aku ingat kok... kamu itu dulu suka kasih contekan ke aku kalo ulangan sejarah.. hahahah...” Sugi tertawa2 dan aku juga ikut nyengir2.
“Iya.. kamu juga pernah jatoh ke selokan deket sekolah..” Sugi tertawa2 tapi aku cemberut karena hal itu memalukan.
“Kamu tuh gadis yang kalau basket sering kejotos ama cewek lain.. “lanjut Sugi tertawa2, dan tiba2 berubah wajahnya jadi serius setelah melihatku cembetut.

“Gini ya.. Riya... denger dulu baik2..”, Sugi memandangku, “Ngeliat kamu tadi susah payah mau meluk aku, aku mungkin harus kasih tahu kamu lagi..
“Aku sudah mati! “
Gelegar halilintar kembali terdenger.
“Koit! “ Wush.. angin kencang diluar.
”Sekarang wujudku ini hantu! Jadi jangan coba peluk ntar nabrak lagi” ujar Sugi.

“Hah? Hantu?” Aku melotot ke mata Sugi nan elang.

“Iya.. aku harusnya bisa masuk surga dan dapet perawan muda di sono!
“Tapi sialnya, di gerbang surga aku dikasih tahu ama malaikat, bahwa ada orang yang blon rela aku pergi...
“.. Nah aku disuruh selesaiin dulu urusan dengan orang itu sampai dia rela
“Dan whoosh.. aku diteleport ke sini... ketemu sama.. kamu!” Sugi menunjukku tepat di muka.

“Aku?” Jawabku bloon.

“Iya! Kamu! Riya!
”Kok bisa kamu sih? Bukannya mama aku atau Tea? Kok.. kamu?” Ujar Sugi bingung.

Trus Sugi melotot ke arahku minta jawaban. Ahh.. my dear Sugi... melotot ke aku..
Dan pingsanlah aku dengan hebatnya, tak lupa berusaha supaya aku ditangkap oleh pelukannya Sugi, tapi berhubung dia hantu, maka sukseslah aku gedubrak ke lantai kamar.

Friday, April 22, 2005

Rahasia Kita Berdua, part 2

Oalah.. sedih sungguh sedih hati ini. Aku menolak untuk menerima kenyataan bahwa my dear Sugi sudah tak akan pernah aku lihat lagi. Selepas pemakamannya aku tak mau berhenti menangisi kepergian Sugi untuk memperlihatkan duka maha besar yang kualami.

Di rumah, aku jadi malas makan, malas mandi, malas sikat gigi, pakai baju hitam yang jarang dicuci sampai2 mbak ku minta bayaran extra oleh mama buat ngurusin anak gadis imutnya yang dilanda duka begitu tajam. Mengapa mama, mengapa harus terjadi pada diri Sugi, seseorang yang sungguh anak putrimu idolakan lebih dari Nicholas Saputra, oh mama..

Di sekolah, mukaku yang pucat dan mataku yang senantiasa lebam gara2 menangisi kepergian Sugi ternyata begitu mengiba sehingga orang tidak sudi mendekati, Nika pun sungguh prihatin bercampur enggan mungkin gara2 bau badan gadis berduka ini.

“Duh.. kapan kelarnya sih Riya.. kan peristiwanya sudah dua mingguan...” keluh Nika di kantin sekolah sambil membanting pantatnya ke salah satu meja. Nika agak2 risih duduk denganku, tapi berhubung dia setia kawan luar biasa, jadilah Nika tetap menemaniku walau dalam radius 2 meja orang2 tidak sudi duduk dekat gadis berduka ini.
“Ya itulah.. aku tak akan menyerah seperti Tea yang sudah bisa ketawa ketiwi.. masya Allaah... gimana bisa sih dia bersikap seperti itu terhadap Sugi...” protesku sambil mencibir ke arah gadis berambut Sunsilk itu yang sedang berhepi ria bersama teman2 segangnya beda sekitar 3 mejaan dariku.

Dan Tea seperti punya indra keenam tiba2 balik melihat ke arahku, tak lupa dengan kibasan maut rambutnya yang membuat semua orang kesilauan selama beberapa detik.
Salah satu gadis di gangnya, tak tahulah namanya siapa - tapi gadis itu punya bibir super memble yang herannya cowo2 bilang seksi aje – berbisik2 kepada Tea yang disambut oleh angguk2an cewe gang itu dan tertawa ke arahku.

Cewe memble itu berjalan ke arahku sambil bersikap super centil.

“Duh.. bau apa sih...kayak bangkai anjing aja,” celetuknya kurang ajar diselingi ketawa-ketiwi oleh temen2 mereka.
Nika dengan setia kawannya jadi jengkel lalu pura-pura mengendus “Hhh... duh.. tadi gak ada sih baunya.. tapi pas lo lewat jadi ada... bau ketek lo kali ya... “
Cewe memble jadi cemberut.. “Dih.. ketek lo kali bau.. ketek gw mah wangi2 aja.. nih cium nih.. wangi.. “
Nika mencibir “Bah.. najis pisan.. ngapain gw cium2 ketek lo.. ntar gw ketularan jamur lo lagi.. putih2 gitu”
Sewotlah si cewe memble “Eh.. ada juga yang jamuran tuh si jengkol ini! “ tuding cewe memble ke arahku. “... gile aje cewe ato cewe tuh.. gak tau malu banget sih.. cari perhatian aja”
Aku buka mulut “Ihh.. gw gak ada maksud cari perhatian.. suer.. gw cuma mau berduka cita buat Sugi aja.. supaya Sugi gak cepet dilupain kayak Gus Dur..”
“Bah! Ngapain lo masih2 singgung Sugi! Emang dia bisa balik gitu kalo lo kayak gini? Ehh.. jadi cewe punya otak dong.. Kenapa juga musti lo yang lama2 sedih soal Sugi... Pacar juga bukan! Apa an sih lo?” Cewe memble itu membentakku. Dan ketika itulah seketika mejaku jadi terang sedikit, karena rupanya Tea datang menggaet tangan si bibir memble.
“Hei.. sudah cukup ah.. jahat kamu” lirih Tea lembut dan sambil tersenyum manis kepadaku ia berkata “Maafin ya.. mulutnya emang sulit diatur..”
“Ya jelas” celetuk Nika “Mulut segede bagong gitu emang susah diurus.. pengennya nyap-nyap terus gitu..”
Dan kali ini akulah yang menggaet Nika dan buru2 pergi sebelum perang dunia meletus.

Bukan cuma di sekolah saja jalan sengsara gadis ini diganggu gugat. Di rumah pun mama ngomel tak kunjung berhenti. Ketika sedang makan,
“Riya.. UDAH DONG!!! MAKAN YANG BENER KNAPA..”
“Abis maa.. Riya gak nafsu makan nasi sebutirpun...” lirihku sedih.
“YA .. TAPI KALO KAMU CUMAN MAKAN GAK PAKE NASI YA YANG LAEN MANA KEBAGIAN DAGINGNYAAA...”
Buru2lah aku pergi ke kamar melarikan diri dari emosi mama, tak lupa membawa satu paha ayam goreng yang tadi belum selesai aku nikmati.

Dan dikamarku, selesai makan ayam goreng tadi, timbullah kembali rasa duka seribu duka kembali mengiris hatiku. Dan mulailah aku menangis meraung2 minta penjelasan dari Tuhan.
“Tuhaann.. kenapa Sugi harus meninggal Tuhaann.... Aku gak relaa...”
ujarku sampai aku tertidur setelah doa kusuk minta Tuhan beri aku membalas dendam untuk orang2 jahanam yang bunuh Sugi.

Tiba2 ada suara samar2 yang bangunkan aku dari tidur nestapa, “Hoi”

Dan aku pun terlonjak kaget. Hah, siapa itu yang bilang hoi.

Ketika aku clingak-clinguk ngantuk untuk lihat sumber suara kulihatlah Sugi di samping kamar tidurku, memakai baju SMAnya, sedang menatapku tajam.

Thursday, April 21, 2005

RAHASIA KITA BERDUA Part One

PROLOG

Ketika hari buruk itu datang, aku sedang asyik nonton drama Jepang. Tiba-tiba ada telpon dari Nika, temen baik kita berdua. Sambil terisak terharu geram melihat ibu tiri Ryoko merencanakan sesuatu yang busuk kepada anak menantunya sendiri, aku mengambil telepon malas2an.

“Halo” kataku
“Riya, “ ujar Nika dengan suara yang kelewat serius untuk anak seperti dia. “, kamu lagi ngapain..”
“Lagi nonton -Datangkah Hari Esok- nih, asik2nya” protesku
“.. oh” jawab Nika dengan suara enggan. Makin bikin gak enak hati dengernya.
“Ada apa sih, kenapa nada bicaranya kayak gitu” ujarku penasaran.
“..Um.. Riya, jangan kaget ya... “ Ujar Nika pelan-pelan. Deg. Mati lah. Ini pasti berita super serius. Langsung otak mulai mikir macem2. Sekolah kita dibom? Pemerintah ganti komunis? Dunia kiamat?

“Riya... “ kata Nika dengan suara yang makin pelan.. “... Sugi meninggal barusan.. dia kecelakaan... “

RAHASIA KITA BERDUA Part One

Albertus Sugiarta adalah seseorang yang luar biasa spesial untuk seorang Riyanti Suprajaya. Riya, begitu nama panggilanku, tidak akan bisa hidup tanpa seorang Sugi. Sugi adalah makhluk abadi yang diturunkan jeblok langsung dari surga atas untuk menghiburku.

Maka, waktu aku mendengar kabar super buruk dari Nika, pertama-tama terjadi .. blank.. sekitar yah.. 10 menitan. Lalu flashback super kenceng dan kurang jelas.. sekitar 1menit kurang. Lalu tiba2 aku bisa mendengar suaraku sendiri dari tugu Monas. Menjerit2 kencang minta Nika jangan asal ngomong dan suruh dia ketok meja kayu 3 kali. Supaya Nika jangan suka bohong atau nanti ditengokin sundel bolong. Tapi oh... Nika tetap bersuara serius dan dia ternyata memang tidak bohong.

Sugi, makhluk hadiah dari sang Pencipta untuk seorang Riyanti, telah diciduk kembali olehNya. Padahal belon genap umurnya 18 tahun. Belum juga kita lulus SMA dan sama-sama stress belajar buat Ebtanas & UMPTN. Belum kita berdua bareng pergi ke Universitas Harapan Bangsa, uni elite baru muncul yang katanya banyak orang-orang imut tapi kacau bangsanya kita berdua.

Sugi meninggal gara2 ditodong di angkot. Menurut berita Pos Kota halaman depan “Pelajar SMA tewas ditusuk di Kalibata” katanya Sugi ditusuk 7 kali oleh gerombolan siberat antah berantah, mungkin ada 3 orang kata saksi mata. Dompet, jam tangan, tas sampe sepatunya diambil oleh gerombolan itu, lalu Sugi dibuang di rawa2 dekat rumahnya. Sugi masih bisa terseok2 merangkak sampai ditemukan oleh Pak Haji yang kebetulan lagi jaga malam. Namun apa daya ketika dilarikan ke rumah sakit, Sugi kehilangan kesadaran dan ia pun tewas.

Pelakunya blon ketangkep. Polisi masih mengejar. Aku sok pasti dendam berat kepada mereka, setiap malam aku berdoa kusuk masuk komat kamit buat Tuhan supaya gerombolan itu cepat ditangkep polisi biar aku bisa tusuk 7 kali masing2 seperti mereka lakukan kepada my dear Sugi.

Tapi nyatanya Sugi tak akan balik.

Satu kelas kita, SMA Baik Budi kelas 3 IPA 1, diberi hari libur buat anak2 ikut melayat ke pemakamannya Sugi. Waktu melayat aku sampai pingsan berkali-kali sambil nangis meraung-raung. Tidak seharusnya Sugi meninggalkanku secepat ini! Untungnya Nika teman baikku selalu berada di sampingku

“Riya, tabah ya Riya..”hibur Nika
UhuhuHuhuhu...
“Riya... shhh.. Riya..”
“Riya.. udah dong Riya, nanti kan maluu..” ketika aku menangis di pundaknya Nika.
“Huuuh?... “ lirikku kepada Nika “Hh.. Kena.. hh.. pa hh.. harus *srot hh.. malu..” kataku disela-sela segukku.
“.. habis...” ujar Nika ”.. kamu reaksinya paling kenceng dari yang lain...”
Ya lalu? Gak boleh kah aku menangisi kepergian my dear Sugi, dan merenungi betapa malangnya nasibku ditinggal olehnya?
“.. dan lagi... “ ujar Nika “ ... kamu bukan pacarnya... “
Pelan2 mata Nika dan aku melirik ke arah Tea, pacar Sugi yang cantik jelita. Di samping Tea ada Ibu Sugi dan dua2nya.. um.. bukan hanya mereka berdua.. sepertinya semua orang sedang memandang ke arah Nika dan aku.
Dan aku pun menjerit lagi dan pingsan untuk ke-3 kalinya.
“Riyaa.. udah doonk...” ujar Nika putus asa samar-samar...

Setelah tutup tanah, kulihat Ibunda Sugi dan Tea dibelakangnya mendekatiku.
“Tabah ya nak.. ibu sungguh senang Sugi sungguh berarti dalam hidup nak..”
“Iya bu..” segukku “Sugi itu sungguh baik dan istimewa buat saya.. saya tak tahu bu saya bakal jadi apa tanpa Sugi...”
“Terima kasih nak.. Sugi pasti senang sekali ia diingat oleh nak... Sepertinya Nak adalah orang yang paling sengsara ditinggal oleh Sugi..”
Tea yang berada di belakang ibunya agak terlonjak kaget.. “Bu, maksud ibu apa.. saya sedih sekali gini loh.. “ isak Tea.. dan tiba2 tangisan Tea jadi keras tak mau kalah dari tangisanku. Dan aku jadi tambah sedih.. menangislah aku jadi-jadian sambil menjerit2: “Sugi... sugi... o alah...”